Namanya adalah Suwatno. Pria ini memiliki beberapa kekurangan fisik. Diantaranya (maaf) tubuh yang kecil dan mata kirinya yang buta. Namun, Suwatno tidak menyerah. Dirinya menggantungkan hidupnya pada pikulan Cilok yang biasa dia bawa setiap harinya. Suwatno harus menghidupi keluarga kecilnya di rumah. Bagaimana perjuangan Suwatno? Mari kita lihat.
Mulai dari pagi - pagi sekali. Suwatno menata dagangan ciloknya. Di hari sebelumnya, Suwatno biasa mengolah dua kilogram bahan cilok yang terdiri dari tepung kanji, tepung gandum dan beberapa siung bawang putih serta bumbu lainnya. Suwatno membuat sendiri serta menguleni adonan ini sendirian tanpa bantuan satu orang pun. Tangan Suwatno mulai membuat adonan kecil - kecil dan merebusnya ke dalam air panas. Setelah itu, cilok yang setengah matang tersebut dimasukan ke dalam gerobaknya. Suwatno akan berjualan esok hari.
Sejak mentari terbit, Suwatno sudah memikul dagangannya. Dirinya berjualan di pasar. Cilok goreng miliknya dihargai cukup murah. Hanya Lima Ratus Rupiah per satu tusuk. Biasanya Cilok dagangan Suwatno dinikmati dengan cara di goreng. Suwatno pulang ketika dirinya sudah lelah. Dulu sekali pernah Suwatno celaka karena terpeleset. Semua dagangannya berhamburan begitu saja. Suwatno sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Akibatnya tangasnnya terkilir dan tidak dapat berjualan selama seminggu.
Istri dari Suwatno, Saminem juga berusaha sekuat tenaga untuk menutupi kekurangan keluarganya. Saminem biasa merawat kambing - kambing tetangga dan kemudian dengan sistem bagi hasil. Keuntungan yang didapat pun tidak seberapa. Namun, setidaknya cukup untuk membeli nasi dan beberapa lauk pauk. Ibu dari Saminem juga tinggal bersama dengannya. Ibu Saminem pun membantu tetangganya yang memiliki kebun Kapulaga. Ibu dari Saminem biasa memanen Kapulaga dan menjualnya kepada pengepul. Untuk satu kilogram Kapulaga, dihargai sekitar Dua Belas Ribu Rupiah.
Meski hidupnya serba kesulitan. Suwatno dan Saminem tetap ingin anaknya yang bernama Shinta tetap bersekolah dan melaksanakan aktivitas apapun untuk menuntut ilmu. Pasangan suami istri ini ingin ketika anaknya kelak dewasa. Hidupnya tidak sulit seperti mereka. Berbekal ilmu yang di dapat dari sekolah. Sungguh orang tua yang baik. Semoga derajat hidup mereka di angkat yaa
0 comments
Post a Comment